Cegah Anak Pendek dengan Gizi Mikro
Moms, selain makanan yang mengandung karbohidrat, protein dan lemak, anak-anak juga membutuhkan nutrisi mikro, alias vitamin dan mineral. Nutrisi mikro mendukung pertumbuhan dan kesehatan anak terutama pada 1000 hari pertama kehidupannya. Setelah masa ASI eksklusif selama enam bulan, pemenuhan nutrisi ini bisa dilanjutkan lewat makanan pendamping ASI atau MPASI.
“Kekurangan micronutrient, terutama zat besi, vitamin D dan Kalsium sangat berpengaruh pada perkembangan kognitif anak,” tutur dr. Trevino A. Pakasi, MS, PhD dari Kedokteran Komunitas FK UI.
Dr. Trevino mengungkap, belum ada data akurat tentang kekurangan zat besi di Indonesia. Tetapi biasanya kasus anemia pada anak dikaitkan dengan defisiensi zat besi. Data Riskesdas 2013 menyebut, prevalensi anemia pada balita usia 12-59 bulan di Indonesia sebesar 28,1%, artinya 1 dari 4 balita di negara kita mengalami anemia.
Anak-anak yang menderita defisiensi zat besi biasanya selalu terlihat lesu, tidak responsif, tidak sigap, mudah infeksi dan memiliki score IQ 5-11 lebih rendah dari rata-rata. Kekurangan gizi mikro juga menjadi penyebab utama anak stunting atau pendek, di luar faktor genetis.
Bagaimana memastikan anak tidak kekurangan zat besi? Setelah pemberian ASI eksklusif, dr. Trevino menganjurkan konsumsi MPASI yang mengandung daging merah dan hati. Tetapi kadang kandungan MPASI buatan rumah tidak mencukupi kebutuhan gizi mikro atau rasanya kurang disukai si kecil. Bila sudah begini, Moms bisa mencoba MPASI buatan pabrik yang telah mengalami fortifikasi atau penambahan satu atau lebih zat gizi mikro.
“Untuk menghindari kekurangan zat besi, ibu bisa menyisipkan makanan berbasis daging di salah satu jam makan anak. Sereal fortifikasi buatan pabrik juga bisa menjadi pilihan yang simple dan aman,” saran Dr. Jorg Speildenner, staf ahli Nestle Research Center, Lausanne, Swiss. Ia menambahkan Moms dapat mengecek keamanan dan kesehatan makanan olahan Nestle di Internet.
