Download!Download Point responsive WP Theme for FREE!

ASI Eksklusif Cegah Bayi Alergi

Foto: Istimewa
Foto: Istimewa

Beberapa tahun belakangan, kasus alergi pada anak Indonesia meningkat dan menimbulkan efek negatif yang cukup signifikan. Selain dampak kesehatan, juga ada dampak ekonomi dan sosial. Moms bisa bayangkan, berapa biaya yang harus kita keluarkan karena rutin berobat ke dokter atau bagaimana si kecil terganggu pendidikan dan pergaulannya karena gejala alergi yang sering timbul.

Forum Nasional Sadar Alergi atau ForNASA, yang dibentuk beberapa institusi, ahli medis, dan para profesional berbagai bidang, mengungkap, kita bisa mencegah alergi pada anak sedini mungkin. “Pencegahan primer alergi paling sederhana dan efektif adalah dengan memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan,” ujar Dokter Spesialis Anak Sub-Spesialis Alergi-Imunologi RSCM, DR. dr. Zakiudin Munasir, Sp.A(K), yang juga anggota ForNASA dan peneliti Health Economics Indonesia.

DR. Zakiudin menuturkan, protein whey susu sapi yang ada dalam susu formula adalah pemicu utama alergi pada bayi. Selain itu, masih ada kandungan protein kasein sapi yang juga pemicu alergi atau allergen.Walaupun whey dan kasein baik untuk pertumbuhan, tubuh bayi salah membacanya sebagai benda asing yang perlu dihadang. Itu sebabnya lima hari pertama setelah kelahiran, bayi dilarang meminum susu formula. Bayi hanya mengenali whey dan kasein dari ASI, yang sangat penting untuk pembentukan kekebalan tubuh.

“Bila ada indikasi medis bayi tidak bisa mendapatkan ASI, IDAI merekomendasikan penggunakan formula hidrolisat parsial whey dan hidrolisat ekstensif kasein  untuk mengurangi risiko alergi dan beban ekonomi sekaligus. Walaupun formula tersebut tidak dapat menggantikan manfaat ASI,” ujarnya. DR. Zakiudin lalu menambahkan, whey yang sudah dipecah tidak akan bisa menimbulkan alergi.

Alergi pada anak bisa disebabkan faktor genetis dan lingkungan. Penelitian menunjukkan, risiko bayi alergi sebesar 30% bila ibunya alergi, dan angka ini bertambah bila ayahnya juga alergi. Ibu yang obesitas atau mengalami inflamasi karena kurang konsumsi sayur dan buah, serta terlalu banyak menyantap karbohidrat dan lemak, juga akan meningkatkan risiko alergi pada bayi.

Saat Moms hamil atau menyusui, tidak dianjurkan pantang makan makanan tertentu agar bayi secara perlahan-lahan membentuk kekebalan terhadap makanan tersebut. Bila sudah positif alergi, imunoterapi bisa dilakukan setelah usia bayi mencapai 1 atau 2 tahun. Bisa juga dilakukan tes alergi, seperti alergi kulit atau dermatitis atopik dan pernafasan atau rhinitis alergi pada anak usia 3 tahun. “Biasanya, di usia 3 tahun anak lebih kooperatif dan giginya sudah banyak, jadi lebih memudahkan tes,” kata DR. Zakiudin.

Gejala Umum Anak Alergi  

  • Pembengkakan pada bibir, mulut, lidah, wajah atau tenggorokan
  • Kulit memerah, timbul ruam  dan gatal-gatal
  • Bersin, hidung tersumbat, keluar ingus, batuk, sesak nafas, dan mata gatal plus berair

Untuk mengetahui seberapa besar risiko si kecil alergi, Moms bisa mengakses www.sadaralergi.com.

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *