Serabi Notosuman, Kudapan Sumber Energi Khas Solo
|Kudapan tradisional berbahan utama tepung beras ini sudah pernah Mom & Dad coba dong? Serabi Notosuman, penganan khas Kota Solo yang terkenal selama puluhan tahun, berbeda dengan serabi yang ada di Jawa Barat. Bentuknya lebih tipis, pipih dan lebar, disajikan dengan cara digulung memakai daun pisang. Rasanya manis gurih dengan tekstur tepung beras yang khas dan tanpa tambahan kinca.
Memakai nama lama jalan tempat tokonya berada, Serabi Notosuman walaupun kini diproduksi oleh generasi keempat, kualitas rasa dan bahannya dijaga agar tetap sama dengan semula. Beras digiling sendiri untuk menjadi tepung, santan kelapa pun diproduksi sendiri. Selain itu, serabi ini tak memiliki topping-topping kekinian. Mom & Dad hanya akan menemukan dua pilihan rasa, original dan coklat.
Bagaimana dengan kandungan nutrisinya? Prof. Ir. Ahmad Sulaeman, MS, PhD – Pakar Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor menjelaskan saat berkunjung ke toko, yang berlokasi di Jl. Muh. Yamin tersebut, sebagai bagian dari program Jelajah Gizi 2023, yang digelar Danone Indonesia berkolaborasi dengan Citilink, di Solo, 14 Agustus.
“Karena bahan utamanya tepung beras, Serabi Notosuman mengandung karbohidrat hingga termasuk sumber energi. Bila dihitung kalorinya, mungkin sekitar 250 sampai 300 kilo kalori per seratus gram atau sekitar 4-5 buah serabi. Kandungan lainnya ada, tapi perlu diingat tidak ada satu pun makanan tunggal yang memenuhi semua kebutuhan nutrisi kita dalam sehari. Dari bahan lainnya, serabi ini ada sedikit kandungan protein, lemak, posfor dan kalsium.”
Prof. Ahmad menambahkan, jika memilih menu Serabi Notosuman untuk sarapan, Mom & Dad bisa melengkapinya dengan segelas susu, entah itu susu sapi atau kedelai, untuk memenuhi kebutuhan asupan protein. Bisa juga memilih sebutir telur rebus dan makanan sumber protein lain yang alami dan terjaga kandungan nutrisinya.
Makanan bercita rasa dan berbahan lokal alami tanpa pengawet lebih dianjurkan untuk dikonsumsi si kecil dibanding makanan cepat saji, yang mengandung kadar garam dan lemak tinggi. Sejak awal berdiri, Serabi Notosuman menggunakan bahan-bahan alami tanpa pengawet. Itu sebabnya penganan ini cocok untuk disajikan langsung dan tak bisa bertahan lebih dari 24 jam.
Sekilas tentang Serabi Notosuman, penganan ini pertama kali dibuat oleh pasangan suami istri Hoo Geng Hok dan Tan Giok Lan pada tahun 1923. Mereka kerap menerima pesanan kue apem dari para tetangga, yang berbahan dasar sama, yaitu tepung beras, santan kelapa, daun pandan dan gula pasir, yang kemudian dibakar memakai anglo dan arang.
Setelah terkenal dan kebanjiran pesanan, pasangan ini kemudian mengembangkan resep serabi, yang bentuknya lebih pipih dibanding apem. Nama Serabi Notosuman diambil dari nama jalan Notosuman, yang kini berganti nama menjadi Jl. Muh Yamin.
Sebagai salah satu ikon kuliner Solo, Serabi Notosuman menjadi pilihan pertama yang dikunjungi program Jelajah Gizi 2023, di Solo, Jawa Tengah. Program tahunan Danone Indonesia sejak 2013 ini sekarang mengambil tema, ”Eksplorasi Potensi Pangan Lokal untuk Penuhi Kebutuhan Nutrisi Keluarga.” Acara berlangsung pada 14-16 Agustus, untuk menyambut hari ulang tahun Kemerdekaan RI yang ke-78.
Danone sendiri merupakan salah satu perusahaan makanan dan minuman terbesar di dunia, yang memiliki misi memberikan kesehatan kepada sebanyak mungkin orang. Tahun ini, Danone Indonesia berkolaborasi dengan Citilink, maskapai penerbangan yang berada di bawah naungan Garuda Indonesia Group, yang melayani penerbangan dengan sistem dari kota ke kota.
“Program Jelajah Gizi diadakan untuk mengenal kekayaan pangan Indonesia, dari jenisnya, ragamnya, bahannya dan kenapa masakan di suatu daerah memiliki ragam kuliner seperti itu. Misalnya, Serabi Notosuman, kenapa dibuat dari tepung beras karena kita semua tahu beras lebih available di Indonesia daripada gandum. Kemudian makanan harus enak, sebagus apapun gizinya kalau tak enak, tak bisa dimakan, dan nutrisinya harus bisa diserap tubuh. Jadi program Jelajah Gizi ini tak hanya menemukan keberagaman pangan di daerah, tapi juga gizi di baliknya,” tutur Arif Mujahidin, Corporate Communications Director Danone Indonesia. Program ini juga akan melihat kecenderungan pola makan masyarakat setempat dan memberikan edukasi tentang konsumsi gizi seimbang.